Tong Kosong II, Fossil Energy: Timteng vs Amrik Isinya
Setiap kali ada pergolakan di Timur Tengah seperti saat ini, saat Israel mengekspansi Palestina dan Libanon dengan alasan membebaskan 2 tentaranya yang ditawan oleh kelompok Hizbullah, setiap kali pula kita dengar akan segala macam pemboikotan oleh masyarakat arab dan muslim terhadap produk Israel dan Amerika Serikat. Negara terakhir ini memang sering dikenal sebagai pendukung utama Israel. Pemboikotan dikampanyekan untuk menekan Israel dan Amerika serikat sebagai bentuk solidaritas untuk saudara-saudara seagama di Palestina dan Libanon. Pemboikotan juga merupakan bentuk protes terhadap ketidakadilan kedua negara tersebut. Pemboikotan dilakukan terhadap segala hal yang berbau Israel dan Amerika Serikat, mulai dari pemboikotan produk makanan, minuman, teknologi, sampai penjualan minyak bumi ke Amerika Serikat.
Namun, dalam blog ini, saya tidak bermaksud untuk membicarakan tentang penyerangan Israel dengan dukungan Amerika Serikat terhadap Palestina dan Libanon. Tapi saya lebih tertarik untuk melihat efektifitas pemboikotan penjualan minyak bumi Timur Tengah ke Amerika. Karena hal ini sangat menarik bagi saya, saya ingin mengetahui, seberapa efektif kah pemboikotan itu terhadap penghentian serangan Israel dengan dukungan Amerika Serikat? Konon, jika supply minyak bumi Timur Tengah ke Amerika Serikat benar-benar dilakukan, maka, di Amerika Serikat akan terjadi krisis energi yang bisa mengakibatkan terhentinya roda perekonomian negara adidaya tersebut. Benarkah demikian adanya?
Sampai sekarang, energi didunia sangat tergantung dengan minyak bumi, batubara, dan gas, tak terkecuali di Amerika Serikat. Menurut U.S. Dept. of Energy 1996 Annual Energy Review, saat ini jumlah fossil energy resources di seluruh dunia ada 37.880 EJ, yang terdistribusi sebagai berikut: Coal 69%, Oil 17%, dan gas 14%. Berdasarkan data BP, dengan jumlah cadangan batubara yang ada, batubara cukup untuk menghidupi kita selama 190 tahun. Sedangkan gas 60 tahun, dan minyak kurang dari 50 tahun. Angka-angka ini tentunya didapat berdasarkan pada curret production rate dan akan bisa berubah jika ditemukan cadangan-cadangan baru selama eksplorasi.
Dalam blog ini, untuk melihat efektifitas pemboikotan penjualan fuel energy ke Amerika saya mencoba memaparkan data tentang fuel energy resources yang ada di dunia dan khususnya di Timteng dan di Amerika Serikat.
Jika kita melihat data distribusi coal energy reserve per negara di The U.S. DOE World Energy Database per 1 Januari 1996, kita akan melihat bahwa ternyata batubara dunia terbesar terdapat di Amerika Serikat (termasuk Alaska) dan Rusia serta negara2 pecahan Uni Soviet, seperti Usbekistan ato Kazakstan. Amerika Serikat mempunyai cadangan batubara senilai 4000 – 7000 EJ. Itu adalah yang tertinggi di Dunia saat ini. Sebaliknya, tidak ada data keberadaan batubara di Timteng. Adapun Indonesia memiliki cadangan batubara sebesar 500 – 1000 EJ.
Sedangkan untuk distribusi oil energy reserves, masih menurut data dari The U.S. DOE World Energy Access Database per 1 Januari 2006, Timteng mempunyai cadangan minyak bumi terbesar di dunia. Arab Saudi mempunyai cadangan minyak bumi senilai sekitar 1000 – 2000 EJ, sedangkan Irak sebesar 500 – 1000 EJ. Iran mempunyai cadangan minyak bumi sekitar senilai dengan 200 – 500 EJ. Sedangkan Yaman dan Oman sebesar 50 – 100 EJ. Dan negara Timteng yang lain, seperti Syria, Libanon dan Yordania mempunyai cadangan minyak bumi sekitar 10 – 20 EJ. Sedangkan Amerika hanya mempunyai cadangan minyak bumi sebesar kira2 100 – 200 EJ. Indonesia hanya mempunyai cadangan minyak bumi sebanyak 20 – 50 EJ.
Masih dari sumber data yang sama, untuk distribusi natural gas reserves, Rusia dan negara pecahan Uni Soviet seperti Kazakstan dan Uzbekistan, serta negara Eropa Timur mempunyai cadangan gas alam terbesar di dunia, sebesar 1000 – 2200 EJ. Untuk kawasan Timteng, cadangan gas alam terbesar terdapat di Iran dengan cadangan 500 – 1000 EJ dan Arab Saudi 200 – 500 EJ. Untuk Irak dan Kuwait sebesar 100 – 200 EJ. Di Yaman dan Oman terdapat cadangan gas alam sebanyak 50 – 100 EJ. Dan di negara Timteng yang lain, seperti Syria, Lebanon dan Yordania terdapat cadangan gas alam sebanyak 5 -10 EJ. Sedangkan di Amerika Serikat, terdapat 100 – 200 EJ cadangan gas alam. Dan Indonesia mempunyai cadangan gas alam sebesar 50 – 100 EJ.
Dari seluruh data tersebut, ternyata total fossil fuels energy terbesar terdapat di Amerika Serikat, Rusia, negara-negara pecahan Uni Soviet, dan beberapa negara Eropa Timur. Mereka mempunyai cadangan fossil fuels energy total sebesar 5000 – 10000 EJ. Sedangkan Timteng mempunyai cadangan fossil fuels energy jauh dibawahnya. Arab Saudi dan Iran, total hanya mempunyai cadangan fossil fuels energy sebesar 1000 – 2000 EJ. Sedangkan di Irak total hanya terdapat 500 – 1000 EJ cadangan fossil fuels energy, sama yang dimiliki Indonesia.
Dengan kondisi yang demikian, apakah negara-negara Timteng bisa mengontrol Amerika Serikat dengan mengancam menurunkan supply minyak bumi-nya?
Menurut ABC news beberapa waktu yang lalu, saat mengomentari pidato President George Bush yang ingin membangkitkan rasa patriotisme rakyat Amerika dengan yang mengatakan Amerika harus mengurangi ketergantungan akan minyak bumi Timteng, ungkapan Bush itu dianggap oleh ABC News sebagai ungkapan politik belaka, nyatanya, masih menurut ABC news, Amerika Serikat hanya meng-import minyak bumi dari Timteng 11% dari kebutuhan total minyak bumi di Amerika Serikat. Dengan melihat realitas-realitas tersebut, sangat sulit bagi Timteng untuk mengontrol Amerika Serikat dengan mengancam pemberlakuan embargo minyak bumi terhadap Amerika.
Jikapun Amerika Serikat jadi diembargo oleh negara2 produsen minyak bumi utama di Timteng dan kehabisan minyak bumi-nya, dengan keahlian dan teknologi yang dipunyai, Amerika mampu memanfaatkan semaksimal mungkin batubara-nya. Hal itu pernah dilakukan oleh Afrika Selatan saat diberi sangsi embargo minyak bumi karena kasus apartheid. Afrika Selatan mampu membuat liquid coal sebagai sumber energy dan memenuhi kebutuhan energy dalam negerinya.
Namun ada satu pertanyaan besar yang belom saya ketahui jawabannya, mengapa dengan cadangan fossil fuels energy yang sangat besar (read: salah satu terbesar di Dunia) serta kemampuan dan teknologi yang modern, Amerika Serikat masih meng-import fossil fuel energy dari negara lain? Terutama minyak dari Timteng. Apakah ada suatu rencana yang ingin diterapkan sebagai bagian dari strategi penggunaan sumber energy dunia? atokah memang mereka masih belom bisa mengekspoitasi secara maksimal sumberdaya alam mereka.
Note: EJ = exajoule = 10^18 joules
Fukuoka
August 16, 2006
Namun, dalam blog ini, saya tidak bermaksud untuk membicarakan tentang penyerangan Israel dengan dukungan Amerika Serikat terhadap Palestina dan Libanon. Tapi saya lebih tertarik untuk melihat efektifitas pemboikotan penjualan minyak bumi Timur Tengah ke Amerika. Karena hal ini sangat menarik bagi saya, saya ingin mengetahui, seberapa efektif kah pemboikotan itu terhadap penghentian serangan Israel dengan dukungan Amerika Serikat? Konon, jika supply minyak bumi Timur Tengah ke Amerika Serikat benar-benar dilakukan, maka, di Amerika Serikat akan terjadi krisis energi yang bisa mengakibatkan terhentinya roda perekonomian negara adidaya tersebut. Benarkah demikian adanya?
Sampai sekarang, energi didunia sangat tergantung dengan minyak bumi, batubara, dan gas, tak terkecuali di Amerika Serikat. Menurut U.S. Dept. of Energy 1996 Annual Energy Review, saat ini jumlah fossil energy resources di seluruh dunia ada 37.880 EJ, yang terdistribusi sebagai berikut: Coal 69%, Oil 17%, dan gas 14%. Berdasarkan data BP, dengan jumlah cadangan batubara yang ada, batubara cukup untuk menghidupi kita selama 190 tahun. Sedangkan gas 60 tahun, dan minyak kurang dari 50 tahun. Angka-angka ini tentunya didapat berdasarkan pada curret production rate dan akan bisa berubah jika ditemukan cadangan-cadangan baru selama eksplorasi.
Dalam blog ini, untuk melihat efektifitas pemboikotan penjualan fuel energy ke Amerika saya mencoba memaparkan data tentang fuel energy resources yang ada di dunia dan khususnya di Timteng dan di Amerika Serikat.
Jika kita melihat data distribusi coal energy reserve per negara di The U.S. DOE World Energy Database per 1 Januari 1996, kita akan melihat bahwa ternyata batubara dunia terbesar terdapat di Amerika Serikat (termasuk Alaska) dan Rusia serta negara2 pecahan Uni Soviet, seperti Usbekistan ato Kazakstan. Amerika Serikat mempunyai cadangan batubara senilai 4000 – 7000 EJ. Itu adalah yang tertinggi di Dunia saat ini. Sebaliknya, tidak ada data keberadaan batubara di Timteng. Adapun Indonesia memiliki cadangan batubara sebesar 500 – 1000 EJ.
Sedangkan untuk distribusi oil energy reserves, masih menurut data dari The U.S. DOE World Energy Access Database per 1 Januari 2006, Timteng mempunyai cadangan minyak bumi terbesar di dunia. Arab Saudi mempunyai cadangan minyak bumi senilai sekitar 1000 – 2000 EJ, sedangkan Irak sebesar 500 – 1000 EJ. Iran mempunyai cadangan minyak bumi sekitar senilai dengan 200 – 500 EJ. Sedangkan Yaman dan Oman sebesar 50 – 100 EJ. Dan negara Timteng yang lain, seperti Syria, Libanon dan Yordania mempunyai cadangan minyak bumi sekitar 10 – 20 EJ. Sedangkan Amerika hanya mempunyai cadangan minyak bumi sebesar kira2 100 – 200 EJ. Indonesia hanya mempunyai cadangan minyak bumi sebanyak 20 – 50 EJ.
Masih dari sumber data yang sama, untuk distribusi natural gas reserves, Rusia dan negara pecahan Uni Soviet seperti Kazakstan dan Uzbekistan, serta negara Eropa Timur mempunyai cadangan gas alam terbesar di dunia, sebesar 1000 – 2200 EJ. Untuk kawasan Timteng, cadangan gas alam terbesar terdapat di Iran dengan cadangan 500 – 1000 EJ dan Arab Saudi 200 – 500 EJ. Untuk Irak dan Kuwait sebesar 100 – 200 EJ. Di Yaman dan Oman terdapat cadangan gas alam sebanyak 50 – 100 EJ. Dan di negara Timteng yang lain, seperti Syria, Lebanon dan Yordania terdapat cadangan gas alam sebanyak 5 -10 EJ. Sedangkan di Amerika Serikat, terdapat 100 – 200 EJ cadangan gas alam. Dan Indonesia mempunyai cadangan gas alam sebesar 50 – 100 EJ.
Dari seluruh data tersebut, ternyata total fossil fuels energy terbesar terdapat di Amerika Serikat, Rusia, negara-negara pecahan Uni Soviet, dan beberapa negara Eropa Timur. Mereka mempunyai cadangan fossil fuels energy total sebesar 5000 – 10000 EJ. Sedangkan Timteng mempunyai cadangan fossil fuels energy jauh dibawahnya. Arab Saudi dan Iran, total hanya mempunyai cadangan fossil fuels energy sebesar 1000 – 2000 EJ. Sedangkan di Irak total hanya terdapat 500 – 1000 EJ cadangan fossil fuels energy, sama yang dimiliki Indonesia.
Dengan kondisi yang demikian, apakah negara-negara Timteng bisa mengontrol Amerika Serikat dengan mengancam menurunkan supply minyak bumi-nya?
Menurut ABC news beberapa waktu yang lalu, saat mengomentari pidato President George Bush yang ingin membangkitkan rasa patriotisme rakyat Amerika dengan yang mengatakan Amerika harus mengurangi ketergantungan akan minyak bumi Timteng, ungkapan Bush itu dianggap oleh ABC News sebagai ungkapan politik belaka, nyatanya, masih menurut ABC news, Amerika Serikat hanya meng-import minyak bumi dari Timteng 11% dari kebutuhan total minyak bumi di Amerika Serikat. Dengan melihat realitas-realitas tersebut, sangat sulit bagi Timteng untuk mengontrol Amerika Serikat dengan mengancam pemberlakuan embargo minyak bumi terhadap Amerika.
Jikapun Amerika Serikat jadi diembargo oleh negara2 produsen minyak bumi utama di Timteng dan kehabisan minyak bumi-nya, dengan keahlian dan teknologi yang dipunyai, Amerika mampu memanfaatkan semaksimal mungkin batubara-nya. Hal itu pernah dilakukan oleh Afrika Selatan saat diberi sangsi embargo minyak bumi karena kasus apartheid. Afrika Selatan mampu membuat liquid coal sebagai sumber energy dan memenuhi kebutuhan energy dalam negerinya.
Namun ada satu pertanyaan besar yang belom saya ketahui jawabannya, mengapa dengan cadangan fossil fuels energy yang sangat besar (read: salah satu terbesar di Dunia) serta kemampuan dan teknologi yang modern, Amerika Serikat masih meng-import fossil fuel energy dari negara lain? Terutama minyak dari Timteng. Apakah ada suatu rencana yang ingin diterapkan sebagai bagian dari strategi penggunaan sumber energy dunia? atokah memang mereka masih belom bisa mengekspoitasi secara maksimal sumberdaya alam mereka.
Note: EJ = exajoule = 10^18 joules
Fukuoka
August 16, 2006
2 Comments:
dulu Arab pernah embargo minyak, dan harga minyak dunia langsung meloncjak tajam, perekonomian amrik dan dunia terancam.
mungkin pendekatannya bukan dengan ilmu tambang Om, tapi coba di dekati dengan ilmu ekonomi dan politik, mungkin lebih bisa menjelaskan dampak embargo minyak ke Amrik :D
Matursuwun bapaknya Didud. Jadi semakin menarik mas.
Dan saya jadi tambah heran dan jadi malah berpikir, jangan2x embargo itu juga akan mengancam negara2x Arab. Jadi siapa sebenarnya yang diuntungkan dan dirugikan dalam hal ini? :)
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home